Tripcle / Infos / Detail Tripcle

Menguak Misteri Pematung Relief Sarinah, Asal Jogja Atau Rusia?

Menguak Misteri Pematung Relief Sarinah, Asal Jogja Atau Rusia?
Relief yang tersembunyi di Sarinah Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Jakarta - Renovasi gedung Sarinah, Jakarta menguak fakta temuan relief yang hilang. Siapa pembuatnya masih menjadi tanda tanya.

Ada beberapa teori mengenai siapa pembuat patung. Menurut Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) kemungkinan besar relief di Sarinah itu dibuat oleh kelompok seniman dari Yogyakarta. Akan tetapi belum diketahui pasti siapa arsitek serta blue print-nya dari relief bersejarah tersebut.

"Relief ini menurut catatan beberapa ahli sejarah, dan seni rupa nasional, dibuat oleh kelompok seniman Yogyakarta pada masa konstruksi (1962-1966) yang menampilkan para penjaja dan pelapak yang melambangkan perjuangan rakyat kecil mencari nafkah," ungkap salah seorang tokoh dan anggota TACB, Asikin dari keterangan tertulis yang diterima detikcom.

"Menurut catatan pencipta tahun pembuatan relief ini adalah kelompok pematung, pelukis dari Yogyakarta. Siapa arsitek atau desainer patung ini masih ditelusuri oleh TACB juga blue print atau cetak birunya, karena penting untuk pekerjaan restorasi," sambungnya.

Selain itu, menurut Asikin karya seni ini ukurannya sangat epik serta gigantik. Diyakini karya seni ini pada saat dibuat sudah menggunakan teknologi pengecoran panel tunggal modern.

Karya Seniman Yogya

Empu seni rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Bonyong Munni Ardhi mengaku telah lama mendengar adanya relief itu. Dia meyakini pematung asal Yogyakarta, Edhi Soenarso sebagai pembuat relief tersebut. Dia tak heran belakangan ditemukan relief tersebut.

"Setelah beliau meninggal sekitar empat tahun lalu, saya sudah dengar soal karya beliau di Sarinah itu, makanya kemarin baru ramai itu saya nggak heran. Tapi itu bukan hanya Pak Edhi, itu kelompoknya," kata Bonyong saat dihubungi detikcom, Senin (18/1).

Terkait relief Sarinah yang 'hilang', Bonyong memperkirakan ada unsur politik yang melatarbelakangi. Sebab Edhi adalah sosok yang dekat dengan Presiden Sukarno.

"Salah satu kemungkinan itu karena berganti rezim, politik berubah. Pak Edhi itu Sukarnois, jadi kemungkinan masalah politis," katanya.

Menurutnya, Edhi banyak menggarap pekerjaan dari Sukarno. Antara lain Patung Selamat Datang di Bundaran HI, Patung Dirgantara atau Tugu Pancoran, dan Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, Jakarta.

Sementara itu Satya Sunarso, putra ketiga almarhum Edhi Soenarso belum bisa memastikan apakah relief itu benar buatan almarhum ayahnya atau bukan.

"Saya belum bisa (memastikan). Kami takut salah-salah jawab," kata Satya melalui pesan singkat kepada detikcom, Senin (18/1).

Satya menjelaskan pihak keluarga masih mencari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan relief di Sarinah.

"Karena kami putra putri almarhum Edhi Soenarso belum sempat mencari dokumen," jelasnya.

"Tapi menurut cerita teman-teman dan mantan staf almarhum Bapak, (relief Sarinah) itu segaris dengan pembuatan patung HI," terangnya.

Karya Matvey Manizer?

Sementara itu menurut Arkeolog dari Institut Konservasi, Saiful Bakhri mengatakan relief itu disebut memiliki kemiripan dengan patung pahlawan atau Tugu Tani karya pematung asal Rusia, Matvey Manizer dan putranya yang bernama Ossip Manizer.

Nama Manizer mencuat ketika menyebut relief itu ada kemiripan dengan patung Tugu Tani karya Manizer.

"Jadi kalau dilihat desain relief itu mirip dengan patung tugu tani, nah model-modelnya mirip," kata Saiful kepada CNNIndonesia.com.

"Kalau saya melihat dari cara penggambaran petaninya mirip, cuma yang itu kan relief sementara yang di Tugu Tani kan patung ya, saya rasa ada kemungkinan yang buat orang yang sama," ia menambahkan.

Melansir laman soviet-art.ru, Matvey Manizer merupakan salah satu pematung komunis terkenal di Uni Soviet. Ia termasuk pematung yang menganut paham realisme Uni Soviet. Hal itu terlihat dari beberapa karyanya yang mencerminkan kehidupan masyarakat di Soviet di era pertengahan 1930-an.

Matvey Manizer lahir pada 5 Maret 1891 di St. Petersburg, Rusia. Ia berasal dari keluarga seniman terkenal Henry Manizer. Sebelum menekuni bidang seni, ia mengenyam pendidikan Seni di Sekolah Gambar Teknis Baron Alexander von Stieglitz (1908-09), kemudian berlanjut ke Akademi Seni (1911-16).

Setelah menyelesaikan pendidikan, ia kerap terlibat dalam berbagai proyek seni di bawah pemerintahan Lenin. Selama kurun waktu itu, Manizer telah menciptakan lusinan monumen dan patung yang tersebar di berbagai sudut kota Moscow, mulai dari patung prajurit perbatasan, patung seorang perempuan dengan ayam, patung seorang pemuda dengan roda gigi, seorang pelaut revolusioner, dan puluhan patung lainnya menghiasi stasiun Metro.

Namun karya terbesar dan paling terkenal adalah monumen Revolution Square, yakni monument yang menjadi kebanggan Lenin sebagai pemimpin revolusi Rusia.

Selain di Rusia, beberapa karya patung Manizer juga berada di sejumlah negara pecahan Uni Soviet. Seperti monumen untuk mengenang penyair Taras Shevchenko di Kharkov, Ukraina (1935), monumen V. Volodarsky (1925) dan Korban 9 Januari 1905 di Leningrad (1925-31), monumen VI Chapayev (1932) dan VV Kuibyshev (1938) di Samara, monumen Pavlov (1949) di Ryazan, patung Zoya Kosmodemyanskaya di Galeri Tretyakov (1942), dan lainnya.

Matvey Manizer juga tercatat pernah mengajar di Institut Seni Petrograd-Leningrad pada 1921. Beberapa tahun kemudian, ia diangkat menjadi Wakil Presiden Akademi Seni Uni Soviet.

Matvey Manizer meninggal pada 20 Desember 1966. Ia dimakamkan di Pemakaman Novodevichy.

Sebelum meninggal dunia, pada awal 1960-an Manizer mengajak keluarganya berkunjung ke Indonesia atas undangan Presiden Sukarno.

Melansir situs informasi tentang Rusia untuk Indonesia, id.rbth.com, monumen Tugu Tani atau Patung Pahlawan, adalah bukti hubungan kuat Indonesia dengan Rusia saat itu. Patung tersebut dibangun setelah Sukarno meminta Manizer dan anaknya Otto agar membangun sebuah monumen untuk memperingati perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ide tersebut kemudian dituangkan menjadi monumen berwujud pejuang kemerdekaan Indonesia yang siap melawan penjajah Belanda untuk membebaskan negaranya, bersama ibunya yang mendukung di sisinya.

relief-di-gedung-sarinahsarinah

Berita wisata dan travel terkait

Lihat juga berita travel lainnya

Komentar

No results found.

Tulis Komentar

Math, for example, 45-12 = 33

Berita dan informasi terbaru

Berita Trending