Morotai - Indonesia memiliki museum yang menyimpan sejarah Perang Dunia II. Di dalamnya terdapat benda-benda peninggalan prajurit pada zaman itu.
Terdapat dua museum yang menyimpan sejarah tentang perang dunia kedua. Satu bernama Museum Perang Dunia II yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2012, satu lagi yaitu Museum Swadaya Perang Dunia II yang dibangun sendiri oleh seorang laki-laki yang sekarang berusia 39 tahun ini, Muhlis Eso.
Museum Swadaya Perang Dunia II terletak di Morotai, Maluku Utara. Sejarah panjang Perang Dunia II memang jelas dimiliki Morotai, karena daerah ini merupakan basis pangkalan perang pasukan Sekutu saat Perang Dunia II.
Seperti dilansir dari scmp dan berbagai sumber, melangkah ke dalam interior, Anda akan melihat tumpukan ratusan peluru dari berbagai senjata kaliber. Selain itu, ada pula senapan mesin yang telah berkarat, pedang, granat, semuanya membawa pengunjung seakan menyaksikan ketegangan perang dunia II.
Terdapat mural yang menghiasi dinding, menggambarkan tentara mengangkat bendera AS di sebuah tiang, mural lainnya menunjukkan pesawat dengan bendera Jepang. Di tempat lain, ada sebuah lukisan yang memperlihatkan seorang tentara berseragam mengenakan kaca mata hitam bersama anak buahnya.
Foto: Muhlis Eso/facebook
Pendiri museum, Muhlis Eso, mendirikan dan merawat museum ini sendiri. Sehingga ruangan dan fasilitas museum pun sangat sederhana.
"Seperti yang Anda lihat, ini kondisi museum saya," kata Muhlis Eso
Eso sendiri yang mencari barang-barang peninggalan perang dan mengumpulkannya jadi satu. Dahulu, kakeknya merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia.
"Ketika saya berusia 10 tahun, kakek saya, Tadu Eso yang adalah pejuang kemerdekaan Indonesia memberi tahu saya tentang kehadiran pasukan Jepang di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Morotai," ujar Eso.
Hampir setiap malam, kakek Eso menceritakan kepadanya kisah-kisah sebelum tidur tentang bagaimana pesawat-pesawat AS dan Jepang bertempur di langit. Kakeknya juga akan bercerita tentang kapal-kapal yang tenggelam dan tubuh para prajurit terkubur di pulau-pulau dan tentang beberapa tempat di mana pasukan AS dan sekutu mendarat di pulau itu.
Eso yang penasaran ingin menemukan lokasi-lokasi yang diceritakan kakeknya untuk menemukan peralatan sisa perang. Dia mulai menjelajahi hutan, mendaki bukit serta berjalan dari pantai ke pantai.
Dalam pencariannya, Eso harus bersaing dengan pemburu harta karun dan penjarah yang ingin menjual barang-barang bersejarah ini kepada kolektor. Atau mereka yang ingin menghancurkan senjata ini menjadi balok baja untuk konstruksi.
Walau tempatnya sangat sederhana, telah banyak pengunjung yang mendatangi museumnya. Bahkan pengunjung mancanegara dari Australia dan Amerika pun sudah mendatangi museum milik Eso.
Foto: Muhlis Eso/facebook
Komentar
Tulis Komentar