Tangerang - Kandang Godzilla atau Tebing Koja ialah lokasi bekas penambangan pasir yang kini dialih fungsikan sebagai objek wisata di Kabupaten Tangerang.
"Lho, kok kamu bawa sepeda?
"Lha, kalian kok nggak bawa sepeda?"
Dialog itu membuka percakapan saat bertemu Fagra di dalam kereta menuju Maja pada pukul 06.03 dari Stasiun Sudimara, Jombang. Kami bertiga, Irwan, Fagra, dan saya, hanya bisa menertawakan situasi tersebut. Kesalahpahaman komunikasi antarkami bertiga membuat Fagra membawa sepeda lipatnya dan Irwan serta saya tidak membawa sepeda lipat.
Sekitar 15 menit pertama, kami menertawakan situasi konyol tersebut. Pagi itu, menggunakan kereta commuterline, kami bermaksud untuk menikmati jalan kaki (atau bersepeda) dari Stasiun Cikoya menuju Kandang Godzilla. Ya, ada lho. Kandang Godzilla di Tangerang.
Ketik dua kata, Kandang Godzilla di laman google, hasilnya adalah foto-foto menakjubkan yang menampilkan panorama tebing, kolam air, rumput hijau serta pulau kecil yang terlihat dari ketinggian. Dari hasil pencarian itu pula, pengunjung berfoto di bawah tebing atau di puncak pulau-pulau kecil tersebut.
Bukan, ini bukan kandang untuk Godzilla, karakter fiksi jenis monster yang ada di film. Kandang Godzilla atau juga dikenal dengan nama Tebing Koja ialah area bekas penambangan pasir yang kini menjadi kawasan tujuan wisata.
Letaknya di Desa Cikuya, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Banten. Sekitar lima kilometer dari Stasiun Commuterline Cikoya melalui area perumahan warga, persawahan, dan jalan di perkampungan.
Perjalanan menuju Tebing Koja. Foto: Ullah/d'traveler
Entah dari mana asalnya hingga tempat ini diberi nama Kandang Godzilla, mungkin karena suasana yang terlihat cocok sebagai kandang hewan besar karena dikelilingi oleh tebing dengan tinggi sekitar 25 meter, bahkan di beberapa sisi dapat mencapai lebih dari 30 meter.
Genangan air yang cukup luas seperti kolam juga terlihat seperti tempat minum hewan-hewan peliharaan di kandang kebun binatang. Hanya saja di tempat ini, kolam tersebut dijadikan area naik perahu oleh pengunjung.
Sekali masuk, wisatawan dikenakan biaya Rp 5.000 per orang. Di dalam kawasan ada beberapa warung makan dan penjual kelapa muda.
Pengunjung terbanyak adalah pesepeda. Jalur menuju ke lokasi ini memang cukup menyenangkan untuk dilalui baik dengan berjalan kaki atau bersepeda. Jalur naik turun serta pemandangan persawahan menyenangkan untuk dilihat meskipun udara terasa panas dan gerah. Kami juga menyempatkan diri ngobrol sejenak dengan petani-petani yang sedang beristirahat di tepi jalan.
Beberapa bahkan menggoda kami dengan pertanyaan mengapa sepedanya satu sedangkan orangnya ada tiga. Kami hanya tertawa dan menjawab sekenanya.
Meski demikian, kami merasa konyol saat bergantian mengayuh sepeda milik Fagra hingga tiba di tempat ini. Bahkan, dengan tren bersepeda saat ini, kehadiran sepeda lawas milik Fagra jadi bahan obrolan.
Di dalam lokasi pun, kami bergantian berpose dengan sepedanya lalu Irwan yang bertugas mengambil gambar.
Pemandangan dari atas Tebing Koja. Foto: Ullah/d'traveler
Bagi penggemar pejalan kaki atau pesepeda lipat yang ingin mencari liburan singkat, dapat mencoba mendatangi lokasi ini. Lumayan untuk melengkapi koleksi foto-foto jalan-jalan dan sepeda lipat kesayangan.
Cukup naik kereta di jalur 5 atau 6 dari Stasiun Tanah Abang tujuan Maja atau Rangkasbitung. Dapat juga naik dari stasiun-stasiun yang ada di sepanjang jalur tersebut.
Meski demikian, di masa pandemi seperti ini, jangan lupakan protokol kesehatan dengan selalu gunakan masker, membawa penyanitasi tangan, dan jaga jarak bila sedang beristirahat. Meskipun tidak menemukan Godzilla, jangan khawatir. Berkunjung ke Kandang Godzilla ini akan tetap menyenangkan, kok.
Komentar
Tulis Komentar