Jakarta - Kehidupan orang utan terancam karena adanya penebangan liar ataupun kebakaran hutan yang kerap terjadi. Sebagian besar hutan di Asia Tenggara dibakar untuk mendapatkan kelapa sawit.
Seperti dilansir dari Insider, seiring berjalannya waktu, habitat orang utan semakin berkurang. Selain harus bertahan hidup karena kehilangan tempat tinggal, mereka juga berurusan dengan pemburu liar atau penduduk setempat yang akan mengambilnya sebagai hewan peliharaan.
Foto: (Getty Images)
Sekarang, ada 100.000 orang utan liar tersisa di Kalimantan, sedangkan di Sumatera jumlahnya kurang dari 14.000. Hewan-hewan ini hanya memiliki anak setiap delapan atau sembilan tahun sekali. Ini merupakan salah satu periode kelahiran hewan paling lambat.
"Para ilmuwan khawatir bahwa populasi berada dalam spiral kematian," menurut New York Times.
Kekhawatiran akan hilangnya habitat orang utan adalah akibat deforestasi. Sebagian hutan hujan telah digunakan untuk lahan kelapa sawit. Pada bulan September 2019, sebuah studi menemukan 39% dari hilangnya hutan Borneo antara tahun 2000 hingga 2008 adalah karena kelapa sawit.
Pada akhir abad ke 20, para ilmuwan memperkirakan ada sekitar 300.000 orang utan liar yang tersisa. Bahkan ada peringatan yang menunjukkan bahwa mereka akan mengalami "tepi kepunahan".
Mengenai sifatnya, dibandingkan dengan simpanse, orang utan merupakan makhluk yang lembut. Terutama saat mereka masih muda. Menurut Fotografer Alain Scheoeder yang telah mendokumentasikan orang utan kepada 6 bulan mengatakan bahwa manusia akan melihat saudaranya saat melihat mata orang utan.
"Ketika melihat mata mereka, itu seperti saudara Anda," kata Alain
Foto: (Getty Images)
Orang utan liar hanya dapat ditemukan di Kalimantan dan Sumatera. Memiliki spesies yang berbeda, orang utan Sumatera memiliki bulu yang lebih ringan dan tidak terlalu tebal.
Kera merah berbulu panjang ini memiliki 97% DNA yang sama dengan manusia. Mereka hanya ditemukan di alam liar Asia Tenggara. Saat diburu, dan tempat mereka dihancurkan, maka masa depan hewan-hewan malang ini menjadi tidak pasti. Mereka merupakan hewan pintar loh traveler, bahkan lebih pintar dibandingkan simpanse dan gorila.
Foto: (Getty Images)
"Jika Anda memberi seekor simpanse obeng, dia akan memecahkannya, jika Anda memberikan gorila obeng, dia akan melemparkan ke atas bahunya. Tetapi jika Anda memberi orang utan obeng, ia akan membuka sangkarnya dan pergi," kata Direktur Eksekutif Trust Orangutan Land, Michelle Desilets kepada Monga Bay News.
Walaupun begitu, kecerdasan saja tidak cukup bagi mereka. Para orang utan mengandalkan hutan untuk bertahan hidup, mereka menghabiskan sekitar 95% hidup mereka di pohon. Jika hutan dirusak, itu juga akan terjadi pada masa depan orang utan.
Hewan-hewan ini menghabiskan hidup mereka di pohon, bahkan sangat bergantung pada lingkungan sekitar mereka. Makanan yang mereka konsumsi sehari-hari adalah pohon, rayap dan juga buah.
Foto: (Getty Images)
Selain kebakaran hutan, perburuan juga yang mengurangi populasi orang utan. Pada tahun 2013, sebuah laporan menemukan bahwa orang utan adalah kera besar yang paling banyak diburu. Lebih dari 1000 diburu antara tahun 2005 sampai 2011, hampir dua kali lipat dari jumlah perburuan simpanse.
Seringkali, induk orang utan akan dibunuh dan bayinya dicuri. Bayi orang utan bisa dijual sekitar Rp 1.048.000 dan nantinya akan dijual lagi sekitar Rp 104 juta di pasar gelap hewan. Miris ya traveler, yuk kita lindungi habitat orang utan.
Komentar
Tulis Komentar