Jakarta - Setelah berfokus mengejar target kuantitas wisatawan, Indonesia punya pekerjaan rumah untuk mengejar pariwisata berkualitas (quality tourism).
Hal ini disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani dalam diskusi Quality Tourist, Super Priority Destinations, Wonderful Indonesia yang diadakan MarkPlus, Inc di Kasablanka, Jumat (28/2/2020).
"Kalau kita mendengar dari Menteri Pariwisata yang baru, Pak Wishnutama, ini dia berharap dari quality tourism," kata Hariyadi.
Lebih lanjut Hariyadi juga mendefinisikan quality tourism. "Quality tourism itu memang sangat spesifik, kalau boleh saya bilang termasuk yang untuk orang-orang yang interest pada sesuatu objek wisata," ujarnya.
Menurutnya, banyak wisatawan pergi ke suatu destinasi bukan sekadar menikmati objek wisata mainstream tetapi mereka tertarik pada hal tertentu, misalnya flora dan fauna endemik. Ia juga menjelaskan biasanya orang-orang itu tertarik untuk melakukan riset sehingga datang ke destinasi.
"Ada yang selalu mencari burung, melihat pergerakannya. Demikian juga dengan mamalia laut. Kalau terkait dengan flora, terkait dengan tanaman, ada bunga bangkai itu sampai dikejar-kejar, "ujarnya.
Bahkan, Hariyadi juga melihat bahwa fenomena alam pun berpotensi untuk menarik minat wisatawan.
"Fenomena alam seperti gerhana matahari, event-nya jarang tapi dicari, "katanya.
Terkait dengan potensi quality tourism di Indonesia, Hariyadi mengatakan perlunya eksplorasi dari kelompok tertentu yang memiliki ketertarikan pada flora, fauna, maupun fenomena alam, dan objek-objek wisata yang layak dijual.
Kunci lain dari quality tourism adalah spending (pengeluaran) besar yang dilakukan wisatawan meskipun jumlahnya sedikit. Hariyadi mengatakan saat ini Menpar Wishnutama berkaca dari Australia yang telah lebih dulu menerapkan quality tourism.
"Beliau mereferensikan Australia. Australia itu jumlah turisnya hanya 9 juta tapi spendingnya bisa diperoleh sampai USD 32 miliar. Tentu hal menarik, di Indonesia dengan 16,2 juta hanya bisa mendapat kurang lebih sekitar USD 22 miliar. Jadi ini memang terkait dengan quality tourism itu jumlah orangnya sedikit tapi spending-nya relatif besar, "tutupnya.
Komentar
Tulis Komentar