Tripcle / Infos / Detail Tripcle

Pariwisata Indonesia Ingin Maju Tapi Sulit Capai Target, Kenapa?

Pariwisata Indonesia Ingin Maju Tapi Sulit Capai Target, Kenapa?
Salah satu bentuk promosi pariwisata Indonesia di berbagai negara, menggunakan bus (Foto: Dok. Kemenpar)

Jakarta - Selain mengejar target secara kuantitas, pariwisata Indonesia juga didorong untuk meningkatkan kualitasnya. Pariwisata berkualitas (quality tourism) menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani berfokus pada wisatawan yang punya minat tertentu dan mau melakukan pengeluaran (spending) besar.

Nah, guna mencapai pariwisata berkualitas ini, Indonesia masih dihadapkan pada masalah klasik yakni pemasaran.

"Problem utamanya adalah bagaimana memasarkannya. Special interest ini problemnya di pemasaran, bagaimana memasarkan dengan tepat. Pada saat kita berbicara quality tourism, kita harus mendefinisikan ini apa, target marketnya siapa," ujar Hariyadi pada Diskusi Pariwisata: Quality Tourist, Super Priority Destinations, Wonderful Indonesia yang diadakan MarkPlus, Inc di Kasablanka, Jakarta.

Menurut Hariyadi, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) perlu melakukan promosi yang tepat pada kelompok wisatawan tertentu. Terutama untuk pariwisata berkualitas, ada segmen wisatawan yang harus diperhatikan. Hariyadi mengatakan, di era kemajuan internet seperti saat ini, melihat segmentasi wisatawan itu sebenarnya bisa lebih mudah.

"Dengan adanya kemajuan internet harusnya ini menjadi dimudahkan. Bisa melakukan research menggunakan big data. Misalnya kita akan memasarkan wisata bahari, (menggunakan big data) secara spesifik untuk mencari peminat ikan mola-mola, hiu paus, itu ada khusus," katanya.

Dalam hal promosi, Hariyadi membandingkan Indonesia dengan kesuksesan negara Thailand. Dengan jumlah anggaran yang lebih kecil, Thailand berhasil menarik lebih banyak wisatawan ketimbang Indonesia.

"Kalau kita melihat Thailand, Kemenparnya bergabung dengan sport. Anggaran Thailand 2018 kira-kira USD 200 juta atau Rp 3 triliun. Mereka bisa mendatangkan 34 juta orang. Kemenpar tahun lalu (anggarannya) Rp 3,6 triliun dapatnya cuma 16,2 juta (wisatawan). Tahun ini Kemenpar sendiri anggaran Rp 4,7 triliun, ditambah ekraf (ekonomi kreatif) sekitar Rp 800 miliar, kok dapatnya (target wisatawan) sedikit?" Heriyadi menerangkan.

Lebih lanjut Hariyadi menjelaskan, kesuksesan Thailand itu terbantu dengan adanya tourism board. Menurut Cambridge Dictionary, tourism board merupakan sebuah organisasi resmi yang mengajak orang-orang untuk mengunjungi sebuah area, kota, atau negara yang memberikan informasi mengenai wisata, tempat atau minat, tempat tinggal dan sebagainya. Dengan kata lain, tourism board ini akan membantu pemerintah dalam melakukan promosi wisata. Oleh sebab itu, Hariyadi menyarankan agar Indonesia juga memiliki tourism board.

"Indonesia harus punya Indonesia Tourism Board dan itu dulu ada di Badan Promosi Pariwisata Indonesia. Kenapa harus ada tourism board? Thailand punya yang namanya Tourism Authority of Thailand (TAT), Singapura punya Singapore Tourism Board, Malaysia punya Malaysia Tourism Board. Kita nggak punya, kita harus melihat kecepatan pelaku pariwisata. Di negara lain melibatkan swasta. (Tidak adanya tourism board) ini membuat kita tidak cepat merespons (masalah pariwisata)," ia menjelaskan.

Di samping promosi, hal yang juga tak kalah penting untuk diperhatikan ketika akan mengembangkan pariwisata berkualitas adalah objek wisata yang harus terawat, aksesibilitas, dan amenitas.

pariwisata-indonesiapariwisata-berkualitaskemenparekraf

Berita wisata dan travel terkait

Lihat juga berita travel lainnya

Komentar

No results found.

Tulis Komentar

Math, for example, 45-12 = 33

Berita dan informasi terbaru

Berita Trending