Jawa Tengah punya deretan gunung yang keren-keren. Bermodal Rp 200 ribu, kalian bisa mendaki Gunung Merbabu dan melihat pemandangan sekece ini.
Sangking kerennya, saya nggak peduliin soal apa yang namanya duit. Bermodal Rp 200 ribu saya langsung berangkat menuju gunung yang selama ini saya impikan, yang hanya bisa saya lihat di linimasa saja.
Gunung apakah itu? Mari kita baca cerita berikut ini.
Kereta pagi dengan jurusan akhir Purwokerto membawa kami melesat menuju stasiun Purwosari (Solo) sebagai tujuan akhir. Setelahnya saya ambil bus dengan jurusan Solo-Semarang.
hamparan sabana terlihat dari puncak taman national gunung merbabu
Sebenarnya tidak terlalu jauh untuk mendapatkan transportasi bus. Cukup berjalan kaki ke arah kanan dari arah pintu keluar stasiun kereta api.
Namun karena kegoblokan kami berdua salah menanyakan informasi, yang sebenernya saya menanyakan bus arah Boyolali itu adanya dimana, melainkan saya menanyakan Terminal Bus Solo itu dimana, kepada salah satu toko yang ada di stasiun.
Akhirnya kami berdua pergilah menuju Terminal Tirtonadi yang jaraknya lumayan jauh dari Stasiun Purwosari. Setelah kami sampai di terminal menggunakan gojek, kami harus memilih sebuah bus yang jurusan Solo-Semarang.
view dari puncak merbabu
Pukul 17.00 sore, bus segera berangkat menuju Semarang. Tetapi kami berhenti di Terminal Boyolali, karena dari kota tersebut kalian enggak akan jauh lagi menuju basecamp Selo.
Setelah beberapa menit bus berjalan dari sarangnya, tak beberapa lama kemudian berhenti di salah satu tempat yang memang biasanya bus-bus ngetem.
Nampak dari kaca bus, saya melihat sudut kota yang tak asing lagi dalam pikiran. Ternyata setelah saya lihat-lihat dengan penuh kasih sayang, itu adalah Stasiun Purwosari tempat dimana saya tadi turun dari kereta.
Kami pun hening seketika.
"Goobblokk, ngapain kita harus muter-muter yah?" ucap saya pada Fian. Kami saling menatap mata lalu tertawalahlah kami berdua.
Singkat cerita, pagi hari menjelang siang, akhirnya kami melakukan perjalanan kembali menuju basecamp Selo. Setelah bobo cantik di salah satu rumah temen yang berada di Boyolali.
Akhirnya dengan modal nekat, kami harus melakukan aksi bajing loncat alias mencari tumpangan menuju Selo. Kami hanya berdiam diri sambil clingak-clinguk melihat-lihat apakah ada kendaraan pickup?
terlihat jelas gunung merapi dari puncak merbabu
Beruntung tak beberapa lama kemudian, nampak dari kejauhan mobil tanpa atap belakang yang tengah kosong. Kami mencoba memberhentikan dengan mengacungkan jempol, dengan harapan besar mobil itulah membawa kami berdua menuju arah Selo.
Beruntung bapak bersuami istri yang baik hati memberhentikan mobilnya, seolah-olah dia tau apa tujuan kami. Akhirnya kami dibawa menuju basecamp Selo karena memang tujuannya searah. Tepat pukul 14.00 siang kami tiba di basecamp Selo.
Kami hanya beristirahat sejenak di salah satu rumah warga yang memang sudah tersedia beberapa rumah khusus untuk tempat penampungan para pendaki Taman Nasional Gunung Merbabu.
Tak beberapa lama, kami di basecamp beristirahat dan mengisi air dalam botol kosong untuk perbekalan memasak yang kami ambil dari salah satu tempat air kran di basecamp. Setelahnya kami bergegas menuju tempat registrasi yang terlihat ramai sekali.
Kurang lebih 15 menitan mengantre untuk melakukan registrasi, kami berdua langsung memulai trekking. Perjalanan dimulai dengan jalur trek yang landai. Pohon besar nan hijau rindang menemani langkah kami.
Namun tak beberapa lama kemudian, jalur trekking semakin lama semakin menanjak. Tetapi jalur ini tetap menjadi pilihan bagi kebanyakan orang, termasuk saya. Selain jalur trekking tergolong mudah, pemandangannya pun sungguh menggoda.
Jalur pendakian via Selo ini tergolong mudah, dibandingkan dari via Suwanting. Tetapi tak jarang juga para pendaki-pendaki lainnya memilih via Suwanting menjadi titik keberangkatannya, lalu memilih lintas jalur balik melewati via Selo.
Ya, walaupun via Selo tergolong mudah, tetapi jalur ini sungguh sangat melelahkan dan menyita banyak tenaga, yang menurut saya lebih melelahkan dibandingkan jika kalian mendaki sambil ngesot.
Tak beberapa lama trekking, saya tiba di pos 1 yang kami pergunakan untuk istirahat sejenak, lalu kami melanjutkan perjalanan kembali menuju pos 2 yang hanya kami lewati tanpa permisi. Kami hanya pergunakan waktu istirahat di jalur pendakian saja.
Jalur yang semakin naik semakin bangsat, tak jarang juga jalur pendakian ini terdapat tali guna untuk membantu para pendaki-pendaki untuk melewati jalur dengan kemiringan -+70 derajat serta permukaan yang licin.
Tak Beberapa lama di jalur pendakian kami sudah tiba di pos 3, tempat dimana para pendaki mendirikan tenda. Tempat sangat luas dengan view kece dipadu dengan Gunung Merapi nangkring elegan di sampingnya.
Tetapi kami tidak mendirikan tenda di pos 3, dikarenakan jalur menuju puncak masih setengah perjalanan lagi dengan trekking yang lebih nanjak lebih gila. Kami memutuskan untuk camping di pos 4 sabana 1 yang harus membutuhkan waktu -+ 1jam dari pos 3.
Sampai di pos 4 sabana 1, tempat saya mendirikan tenda untuk bermalam sudah terpenuhi para pendaki-pendaki lainnya. Saking banyaknya, kami sulit mencari tempat untuk mendirikan tenda karena pos 4 ini lebih kecil dibandingkan dengan pos 3.
Beruntung setelah saya cari-cari, kami dapat tanah kavling yang siap saya bangun dirikan tenda dan sekelilingnya terdapat pohon edelweis. Beruntung kami tiba pukul 17.30 yang memakan waktu 3 jam saja dari basecamp menuju pos 4. Cuaca yang masih mendukung untuk mendirikan tenda tanpa harus memakai cahaya penerang/senter.
Pada kesokan harinya pukul 04.00 pagi, kami terbangun dari tempat tidur lalu saya buka pintu tenda lalu apa yang saya lihat #abakadabra. Ribuan bahkan milyaran bintang pun bertebaran indah berhias di cakrawala.
Kami pun tag tergesah-gesah menuju puncak kerena cuaca yang begitu dingin kami pun menikmati secangkir kopi terlebih dahulu sambil berkemas-kemas. Pukul 04.30 pagi, kami pun menuju puncak .perjalanan yang terasa menyenangkan. Hari yang begitu cerah bulan dan bintang pun ikut serta menemani perjalanan ini.
Setelah kurang lebih 1,5 jam trekking dari pos 4, kami pun sampai puncak Kentengsongo ketinggian 3122 mdpl. Tampak hamparan sabana membentang luas dari puncak Gunung Merbabu yang begitu indah dipadu dengan gagahnya Gunung Merapi di hadapan saya seolah-olah saya disihir olehnya.
Komentar
Tulis Komentar