Tripcle / Story / Detail Tripcle

Cerita dari Bromo, Antara Keindahan dan Persahabatan

Cerita dari Bromo, Antara Keindahan dan Persahabatan
Menyaksikan keindahan alam bersahabat sahabat

Perjalanan menuju ke Bromo memang selalu mengesankan dan menghadirkan cerita tersendiri. Kali ini tentang keindahan dan juga persahabatan.

Saya berasal dari kota Kupang, Nusa Tenggara Timur dan saat ini berdomisili di kota Malang, Jawa Timur karena sedang menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya. Saya menyukai travelling, photography, dan semua yang berkaitan dengan seni serta tantangan.

Menyaksikan keindahan alam bersahabat sahabat

Saya mempunyai keinginan untuk mengeksplor semua destinasi wisata yang ada di Indonesia, Jawa Timur khususnya. Saya ingin sekali mengunjungi salah satu tempat wisata terkemuka di Indonesia yang masuk dalam jajaran 10 Bali baru yaitu Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Siapa yang tak kenal dengan Bromo yang mempunyai pesona sunrise terbaik di dunia? Itu membuat saya ingin sekali mengunjungi tempat tersebut.

Ketika masuk tahun kedua tinggal di Malang, ada beberapa teman saya yang mengajak saya berlibur ke Bromo. Saya bahkan diejek oleh mereka karena sudah 2 tahun tinggal di Malang tapi belum pernah pergi ke Bromo. Memang saya sadari itu karena belum punya teman yang cocok untuk diajak ke sana.

Sunrise point

Kemudian saya memutuskan untuk ikut ke Bromo, akan tetapi saya mengajak teman dan saudara saya yang berasal dari daerah kelahiran saya. Tepat di bulan Agustus 2018 saya melakukan perjalanan ke Bromo. Persiapan demi persiapan kami lakukan.

Awalnya saya mengira bahwa pergi ke Bromo menggunakan jasa sewa jeep, ternyata teman-teman saya ingin menggunakan sepeda motor dengan alasan budget yang mahal untuk menyewa jeep. Ya sudah saya nurut saja, hehehe.

Saat hari H saya menemani teman saya untuk mencari penyewaaan motor, tapi tidak tau kenapa saat itu banyak sekali tempat persewaan motor yang kehabisan stock motornya dan banyak yang tutup. Mungkin karena musim liburan atau memang tempatnya yang sedang libur.

Si Erlangga, sahabatku yang suka mengeluh saat mendaki gunung

Setelah beberapa lama mencari, akhirnya kami berhasil mendapatkan tempat penyewaan motor dan akhirnya kami pun pulang ke kost dan mempersiapkan apa yang perlu dibawa ketika nanti malam.

Malam pun tiba dan tepat pukul 00.15 kami berangkat dari Malang menuju Bromo. Kami memilih jalur via Nongkojajar (Pasuruan) dengan jarak tempuh 54 Km dan membutuhkan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan.

Sebelum masuk desa Nongkojajar kami berhenti sejenak di supermarket untuk membeli beberapa bekal untuk sarapan agar tidak sulit ketika sampai di Bromo. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan melewati perkampungan warga, tetapi jalan sangat sepi dan saat memasuki hutan rasanya sangat gelap dan mencekam karena hanya ada 3 motor dan terdiri dari 6 orang saja.

Setelah melewati hutan dan perkampungan yang sepi akhirnya kami tiba di persimpangan dekat pasar Nongkojajar untuk beristirahat sejenak. Di situ terlihat agak ramai karena banyak sekali wisatawan yang hendak pergi ke Bromo dan beristirahat di situ karena ada supermarket, SPBU, dan toilet umum.

Puncak Bromo tepat ditepi kawah gunung Bromo

Setelah beristirahat kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Tapi kali ini kami menggunakan aplikasi Google maps dikarenakan belum ada di antara kami yang pernah ke Bromo sebelumnya.

Beberapa menit perjalanan saya pun mulai merasakan kedinginan karena suhu udaranya semakin dingin. Sampai akhirnya tangan saja benar-benar seperti mati rasa mungkin karena tidak menggunakan sarung tangan. Kami sampai di sebuah pos ronda dekat dengan tikungan di situ ada orang yang berjaga malam dan kebetulan menghidupkan api unggun saya berhenti sejenak dan meminta ijin untuk menghangatkan badan karena benar-benar tidak tahan dengan dingin.

Karena melihat saya yang kedinginan akhirnya bapak tersebut memberikan saya sepasang sarung tangan. Katanya pakai saja kasihan kedinginan. Saya sempat menolak tapi bapak itu bilang tidak apa ambil saja kebetulan saya punya 2 sarung tangan.

Saya benar-benar berterima kasih setelah itu kami berpamitan untuk melajutkan perjalanan menuju Bromo. Menurut informasi yang saya dapatkan dari bapak tersebut, penanjakan Bromo sudah tidak terlalu jauh kurang lebih 3 Km lagi.

Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Tidak lama kemudia kami memasuki area Bromo ditandai dengan salah satu hotel yang ada di Bromo yaitu Plataran Bromo. Terlihat sedikit macet dan padat karena banyak sekali jeep yang mengantri pada pos masuk taman nasional Bromo Tengger Semeru. Sekarang giliran kami untuk membeli karcis masuk.

Harga tiket masuk ke taman nasional Bromo Tengger Semeru sebesar Rp 38.000. Dari pos masuk kita masih harus menuju puncak penanjakan dengan jarak tempur sekitar 700 meter sampai 1 Km. Akhirnya sampai juga di parkiran motor dan kami pun berjalan menuju puncak penanjakan 2.

Di Bromo terdapat beberapa sunrise point yaitu penanjakan 1, penanjakan 2, bukit cinta, dan bukit kingkong. Kami memilih penanjakan 2 karena penanjakan 2 adalah puncak penanjakan yang paling tinggi di antara sunrise point yang lainnya.

Setelah sampai di atas puncak, ternyata suhu udara di puncak jauh lebih dingin. Berkisar antara 6 hingga 7 derajat celcius. Sesampainya di puncak pada pukul 03.30 pagi. Waktu sunrise masih lumayan lama dan kami pun masuk ke warung-warung yang ada di sekitar situ untuk mencari makanan atau minuman hangat sembari menunggu waktu sunrise.

Bongkahan batu dan Padang pasir di lereng gunung Bromo

Setelah itu masuk waktu subuh kami pun bergegas untuk sholat subuh di mushola yg ada disitu. Mushola ini cukup unik karena menurut orang-orang disitu menyebutnya dengan mushola diatas awan. Mungkin karena letaknya yang berada di atas ketinggian.

Selesai sholat kami langsung menuju puncak penanjakan untuk menunggu waktu sunrise. Saat itu ramai sekali karena banyak sekali wisatawan asing maupun domestik yang datang berkunjung ke Bromo. Suhu semakin dingin.

Setelah beberapa menit menunggu, kami pun melihat jejeran pegunungan yang berdiri kokoh dihadapan kami, terdiri dari gunung batok, Bromo, widodaren, gunung Semeru, serta hamparan lautan pasir kecoklatan yang seakan menambah keeksotisan Bromo.

Tepat pukul 05.07 pagi, sang fajar tepat berada di atas garis cakrawala. Saat itu semua pengunjung berdiri dan menyaksikan sunrise terindah di dunia. Saya pun tidak mau kalah. Saya langsung mengeluarkan kamera dan membidik momen yang belum saya lihat sebelumnya. Sungguh keindahan yang luar biasa.

Saya pun tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Tuhan yang maha kuasa karena telah menciptakan alam semesta yang indah. Bahkan tidak terasa air mata ini pun menetes karena merasa begitu kecil dan tak ada apa-apa di hadapan semua kuasa Tuhan. Maha suci Tuhan yang telah menciptakan.

Setelah berfoto, berselfie bersama teman-teman. Akhirnya kami mulai kembali ke kendaraan dan bersiap-siap untuk turun ke lautan pasir. Saat berjalan turun ke bawah ternyata macetnya sama seperti ketika kami datang, hehehe.

Kali ini kami harus ekstra hati-hati karena track dan medan yang sangat berbahaya. Bentuk jalan yang sempit hanya muat 1 jeep saja, menurun terjal, berdebu licin, serta ada jurang di sampingnya. Beberapa lama kemudian saya merasakan ada yang aneh dengan motor saya. Mesin motor saya tiba-tiba bergetar.

Saya sempat panik, tapi kata teman saya itu biasa apabila suhu udara dingin kemungkinan busi motor terkena embun sehingga mempengaruhi kinerja mesin apabila belum dipanaskan sebelum digunakan. Ternyata benar, setalah beberapa saat akhirnya kembali normal seperti semula, alhamdulillah.

Tetapi beberapa lama kemudian teman saya Ammar mengeluh karena rem motornya kurang berfungsi saat kita memasuki jalanan menurun yang terjal. Kami mencoba menepi dan memeriksa kendaraan. Saya mencoba untuk tidak panik.

Sempat terpikirkan oleh saya untuk kembali ke atas tapi tidak memungkinkan karena jalannya yang sempit dan padat jeep yang antri untuk turun. Kami mencoba mencari pertolongan.

Kemudian ada 4 orang pria menggunakan kain sarung yang dikalungkan pada lehernya mendekati kami dan menawarkan bantuan untuk mengangkut motor teman saya untuk dibawa ke bawah lautan pasir. Karena sudah banyak korban kecelakaan di Bromo yang diakibatkan oleh rem blong.

Akan tetapi, biayanya lumayan mahal yaitu Rp 250.000. Saya mencoba untuk bernegosiasi dengan bapak-bapak tersebut akhirnya dikurangi menjadi Rp 150.000. Mereka pun mulai mengangkut motor milih Ammar.

Tapi yang membuat saya terkejut adalah mereka mengangkut motor tersebut menggunakan sepeda motor milik mereka. Jadi motor diangkut di atas motor lalu diikat menggunakan tali dengan erat. Luar biasa menurut saya itu pekerjaan yang cukup beresiko.

Akhirnya setelah sampai di bawah, kami mulai melanjutkan perjalanan untuk mengarungi lautan pasir Bromo yang luas. Sensasinya luar biasa. Mengendarai sepeda motor di atas Padang pasir ternyata tidak mudah.

Kami beberapa kali terjatuh di atas pasir lembut dan kendaraan kami oleng-oleng karena pasir yang sangat tebal. Tapi itu menyenangkan sekaligus mengesankan. Kapan lagi bisa menikmati Padang pasir tanpa harus jauh-jauh ke Mesir, hehehe.

Perjalanan yang lumayan menguras tenaga. Karena jarak dari jalan aspal sampai ke gunung Bromo itu kurang lebih 5 Km. Sangat jauh bukan ditambah lagi dengan berjalan melalui Padang pasir dan sesampainya di kaki gunung Bromo akhirnya kami pun memarkirkan kendaraan dengan rapih.

Setelah itu kami bersiap untuk mendaki gunung Bromo dengan berjalan kaki. Baru setengah perjalanan teman saya Erlangga sudah mengeluh karena kelelahan. Teman ku yang satu itu memang suka mengeluh. Tapi setelah berhasil ku rayu akhirnya dia mau melanjutkan perjalanan ke atas puncak dan kawah Bromo.

Ketika berada di atas puncak Oh My God!!! Saya kembali dibuat takjub oleh apa yang saya lihat. Bromo mempunyai kawah curam yang sangat dalam serta mengeluarkan gas serta suara gemuruh yang begitu dahsyat. Ini membuktikan kalau energi dari dalam perut bumi itu sangat luar biasa.

Tidak berlama-lama akhirnya kami mulai turun ke bawah dan melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya. Kami kembali melewati Padang pasir dan menempuh jarak sekitar 5 Km lagi. Akhirnya kami sampai di tempat selanjutnya yaitu bukit Teletubies dan Padang savana Bromo.

Wah, luar biasa indah dan memanjakan mata karena saat sampai di situ keadaan seakan berubah. Yang tadinya hanya gunung gersang berdebu dan berpasir ketika sampai di sini berubah menjadi Padang savana hijau yang luas, ditumbuhi bunga-bunga berwarna ungu mirip lavender dan bukti hijau yang mirip di film kartu Teletubies.

Tanpa menunggu lama kami pun berfoto bersama berlatarkan perbukitan hijau. Akan tetapi udara pun mulai terasa menyengat karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Setelah itu kami pun bersiap untuk pulang.

For your information: bukit teletubies merupakan gerbang masuk pertama menuju gunung Bromo apabila kamu mengambil rute via Tumpang Kabupaten Malang. Karena Bromo diapit oleh 4 kabupaten. Yaitu kabupaten Malang, kabupaten Pasuruan, kabupaten Lumajang, dan kabupaten Probolinggo.

Okee lanjutttt.... setelah sampai di pos keluar taman nasional Bromo Tengger Semeru kami akan memasuki salah satu desa yaitu desa Ngadas. Desa tertinggi di Indonesia loh. Desa Ngadas sendiri merupakan tempat tinggal suku asli Bromo yaitu suku Tengger yang bermata pencaharian sebagai petani dll.

Maka tak heran ketika kamu melewati jalur Tumpang kamu akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang luar biasa indah. Seperti pegunungan sekitar Bromo, persawahan milik warga desa Ngadas, dan masih banyak lagi. Serta ada objek wisata lainnya yang juga ada dalam lingkup taman nasional Bromo Tengger Semeru yang aksesnya mudah dan dekat dengan jalan ke Bromo via tumpang. Yaitu coban pelangi.

Coban pelangi yang terletak di kecamatan Poncokusumo kabupaten Malang ini merupakan air terjun yang masuk dalam lingkungan taman nasional Bromo Tengger Semeru.

Lanjut..... setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju kota Malang dengan jarak tempuh sekitar 35 Km. Saat sampai di kota Malang kami mampir untuk makan siang sebentar karena perut kami sudah keroncongan dan kami makan siang di McD Dinoyo Malang dan setelah itu kami pun pulang ke kost masing-masing. Saat sampai kost waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB udah sore ternyata hahaha.

Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan tetapi asyik. Banyak pelajaran yang saya petik diantaranya perjuangan, pengorbanan, kekeluargaan, bersyukur, waspada, serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Ketika saya melakukan travelling itu bukan semata-mata karena ingin mencari kesenangan semata tetapi disisi lain travelling itu juga bertujuan untuk kita mengetahui betapa indahnya dunia ini dan begitu luar biasa mahakarya Tuhan yang maha kuasa. Travelling itu bukan tentang kepuasan tapi tadabur alam. Karena setiap perjalanan itu pasti ada pelajaran.

bromowisata-bromojawa-timurwisata-jawa-timurpersahabatankeindahan-bromo

Berita wisata dan travel terkait

Lihat juga berita travel lainnya

Komentar

No results found.

Tulis Komentar

Math, for example, 45-12 = 33

Berita dan informasi terbaru

Berita Trending