Brunei Darussalam memiliki banyak masjid paling indah di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, terdapat juga banyak desa-desa dengan rumah panggung yang unik.
Sebenarnya, sudah lama sekali ingin traveling ke Brunei, melihat negara tetangga yang sebenarnya masih berada satu daratan dengan salah satu kepulauan Indonesia yaitu pulau Borneo, Kalimantan. Untuk pergi ke negara ini, kita sebagai pemegang paspor Indonesia bisa datang ke sana tanpa menggunakan Visa.
Taman Mahkota Jubile Emas
Boleh dibilang, keputusan untuk schedule pergi ke Brunei sangat dadakan. Seperti suatu kebetulan saja. Tanpa sengaja, saat membuka e-mail, saya mendapat inbox dari salah satu LCC airlines sedang mengadakan flash sale yang turun harga hingga 70% untuk pembelian tiket pesawat yang dibeli secara paket dengan hotel.
Terpikirkan untuk memanfaatkan promo ini, saya membeli tiket ke salah satu destinasi yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya, tiket pesawat PP Jakarta Bandar Seri Begawan include voucher sewa penginapan hotel bintang 4 di Bandar Seri Begawan bisa didapatkan dengan harga hanya Rp 2.080.000.
Keindahan bangunan Masjid Sultan Omar Ali di malam hari
Harga yang saya dapatkan sangat menarik bukan? Jika dibeli secara terpisah harga PP tiket pesawat ke Brunei pada hari libur menembus angka Rp 3,5 juta-an dan tarif penginapan per malam untuk hotel yang saya pilih berkisar Rp 1 juta -an. Jadi mana mungkin saya menyia-nyiakan kesempatan ini.
Negara Brunei menerima pembayaran dengan dua jenis mata uang yaitu Dollar Brunei dan Dollar Singapore, karena nilai kedua mata uang ini hampir sama. Setelah 2 jam lebih flight dari Jakarta, saya landing di Kuala Lumpur mendekati tengah malam waktu setempat. Transit 6 jam lebih di sini, kemudian melanjutkan flight ke Brunei.
Pukul 8.40 pagi, landing di Brunei International Airport. Bandara Brunei tergolong mungil tetapi memiliki arsitektur yang menarik dengan dominasi warna putih.
Setelah sarapan dan membeli SIM Card dengan harga 10 Dollar Brunei, saya naik bus menuju ke central city. Ada tiga jenis moda transportasi publik di sini yaitu Taxy, bus dan Taxy air. Bagi kalian yang suka dengan petualangan pasti akan memilih bus untuk transportasi karena harga tiketnya yang hemat, hanya 1 dollar untuk 1x trip jauh dekat. Bus di sini secara fisik tampak luar mirip dengan Kopaja tetapi bagian dalamnya cukup nyaman dan dilengkapi dengan AC. Biasanya bus akan lewat setiap 20 menit sekali.
Kampong Ayer yang bisa dikunjungi dengan perahu dari Kota Seri Begawan
Sepanjang jalan yang dilalui, terlihat masih sepi. Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang, mungkin karena memang penduduk di sini tidak sepadat kota-kota besar di Indonesia. Saya turun di terminal bus dan dengan bantuan petunjuk dari google map menuju ke scalpture yang menghadap ke arah sungai bernama Bandar Seri Begawan Royale. Ketika sedang asik berfoto, ada perahu yang merapat ke pinggir sungai dan Bapak pengemudi perahu menawarkan jasa keliling sungai dengan tarif 25 dollar Brunei. Setelah lama bernegosiasi, kami deal dengan harga 17 dollar untuk berkeliling selama 2 jam
Rute yang saya lalui, Ripas Bridge yang merupakan salah satu jembatan panjang dan terkenal di kota ini. Jembatan ini terbentang dari ujung sungai yang satu ke ujung sungai di seberangnya.
Design jembatan terlihat bagus dan sangat menonjol dari kejauhan. Kemudian kami menuju Jong Batu, yang merupakan singkapan batu yang terletak di Sungai Brunei. Ketika dilihat dari pantai Sungai Brunei, bentuknya menyerupai kapal yang tenggelam, dengan busur yang mencuat dari air.
Setelah itu, kami pergi ke Kampong Ayer merupakan salah satu permukiman bersejarah di Brunei. Secara harafiah, Kampong Ayer berarti Kampung Air. Kampong ini merupakan rumah bagi sekitar 30.000 orang, yang menempati rumah-rumah panggung di tepian sungai. Kampung Ayer terdiri dari 42 desa panggung yang berdekatan. Disini juga terdapat museum yang dibuka untuk publik.
Sekitar jam 2, saya check-in ke hotel untuk mandi dan istirahat sejenak, mengumpulkan energi untuk mengelilingi Seri Begawan. Hotel yang saya tempati hanya 2,5 km dari Masjid Sultan Omar Ali dan view dari hotel langsung menghadap ke central city.
Sultan Omar Ali Bridge
Pukul 3.30 sore, saya berjalan menuju Sultan Omar Ali Saefuddin Pedestrian Bridge. Jembatan pejalan kaki ini dirancang dengan arsitektur yang sangat indah, terdapat sculpture berbentuk bulan sabit warna gold.
Saya menuruni tangga ke Taman Mahkota Jubile Emas yang sangat luas dan indah. Lokasinya masih 1 area dengan jembatan ini. Hanya berjalan 300 meter dari ujung taman saya sampai di Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin yang merupakan landmark Brunei. Ciri khas masjid ini adalah kubahnya yang terbuat dari emas murni.
Tidak jauh dari masjid, ada mall kecil yang sempat saya kunjungi. Sore itu, saya hanya explore di sekitar Masjid Sultan Omar Ali saja, karena di sekitar sini terdapat banyak lokasi yang bisa kita kunjungi.
Malam harinya, di dekat Taman Jubile, terdapat night market yang didominasi oleh aneka kuliner. Suasana sabtu malam disini sangat ramai. Kulinernya tergolong cukup hemat, saya membeli nasi ayam bakar, sosis bakar dan es barley hanya mengeluarkan uang 9 dollar saja.
Hari kedua, di Seri Begawan dimulai dengan aktivitas CFD (Car Free Day) di alun-alun yang lokasinya tidak jauh dari hotel tempat saya menginap. Sama hal nya dengan kebiasaan di kota-kota besar Indonesia, disini juga diadakan event CFD pada minggu pagi.
Saya sempat mencicipi durian Brunei yang lezat dengan bentuk unik (durian sangat kecil ukurannya tetapi rasanya luar biasa enak). Kemudian saya jalan ke Terminal Bus untuk naik Bus ke Istana Nurul Iman yang jaraknya 10 km lebih dari Terminal.
Istana Nurul Iman yang merupakan kediaman resmi Sultan Haji Hassanal Bolkiah berfungsi juga sebagai Istana Negara. Nurul Iman memiliki arti cahaya keimanan, mencerminkan Brunei sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim.
Istana Brunei berlokasi di Bukit Lumadin, Jalan Tutong di tepi Sungai Brunei.Bangunannya memiliki gaya arsitektur Islam-Melayu klasik dan berdiri sejak tahun 1984. Untuk pembangunannya sendiri hingga menghabiskan dana sebesar $1,4 juta. Istana ini dibangun pada lahan seluas 200.000 m2. Sehingga boleh dikatakan Istana Nurul Iman ini sangat luas dan mengalahkan luas Istana Buckingham di Inggris. Tak heran jika istana ini dinobatkan sebagai istana terbesar di dunia versi Guinness World Records.
Setelah berkeliling selama kurang lebih 1 jam, saya kembali naik bus ke arah Masjid Jame Asr Hassanil Bolkiah. Istana Nurul Iman memang hanya dibuka untuk umum setahun sekali yaitu pada hari Raya Idul Adha. Saya menyempatkan sholat Zuhur berjamaah di Masjid Jame' 'Asr Hassanil Bolkiah. Menariknya, kubah dan pagar Masjid Jame' 'Asr dilapisi oleh emas. Masjid ini luas dan megah, dilengkapi dengan taman hijau dan kolam membuat keindahan masjid ini terpadu dengan sempurna.
Kemudian saya berjalan kaki menuju ke Teng Yun Temple. Arsitekturnya terlihat kuno karena berada di sekitar bangunan modern gedung high rise. Ten Yun Temple terlihat mencolok dari kejauhan karena cat merah yang mendominasi bangunan ini. Di seberangnya terdapat Pasar Tradisional yang menjual kebutuhan sehari-hari yang cukup besar dan ramai. Dari sini saya menuju ke toko oleh-oleh untuk membeli souvenir dan beberapa makanan untuk dibawa kembali ke Jakarta.
Jam 13.30 saya naik bus ke Airport, saya naik pesawat dengan jadwal jam 16.20 sore waktu setempat. Senang bisa menikmati weekend di Brunei selama 2 hari, mengunjungi 13 tempat menarik hanya dengan budget tidak lebih dari Rp 3 juta. Teman-teman tertarik untuk mencobanya?
Komentar
Tulis Komentar