Sebuah gua peninggalan para penjajah di Aceh disematkan nama Goa Jepang. Tapi sesungguhnya, gua ini lebih layak diberi nama sebagai Goa Pejuang.
Detik waktu yang hampir berlalu, kala mentari nyaris tenggelam mengutip sinarnya kembali, burung-burung sahut-sahutan meneriaki udara menyampaikan pesan sang malam akan berlabuh membawa kegelapan, Selenging segera menyuarakan kehadiran senja.
Kibaran bendera
Tetapi rasaku belum tiba, masih ada sepenggal jam lagi, masih cukup untuk naik ke bukit yang terlihat kibaran bendera pada ketinggian seratus dua puluh meter itu.
Bukit Goa Jepang. Aku ingin tahu wujudnya seperti apa, ingin menyaksikan dari setiap sisinya. Dan, Ya! Terlihat indah sekarang.
Foto Goa dari jauh
Tetapi di balik keindahan itu aku seolah merasakan sesuatu. Ini bukan bukit Gua Jepang, tapi ini bukit kesengsaraan kaum pejuang, karena gua ini adalah hasil jeritan pejuang yang disuruh kerja paksa.
Bayangkan betapa banyak korban melayang di sini. Di tempat ini, mereka menjadi pekerja paksa. Bayangkan berapa banyak darah yang menetes dari dalam tubuh suci itu, dicambuk, dihajar, disiksa.
Taman Ngieng Jioh di sekitaran Goa
Patutnya merekalah yang menggandeng nama bukit ini 'Bukit Goa Pejuang' Lihatlah hasil kerja keras para pejuang tanah air, dari setiap sisi Nusantara bersatu di tiap titiknya, seperti titik ini, hingga mereka telah mampu mengusir para pengecut itu pulang ke negeri asalnya.
Meskipun telah banyak yang tumbang di Medan peperangan tetapi lihatlah kibaran bendera Merah Putih itu berkobar, saksikanlah kegagahannya berdiri menopang kejayaan, itu adalah hasil keteguhan para pejuang. Darah dan tulang mereka menjadi saksi nyata yang mendebarkan jagat raya hingga sampai pada titik merdeka.
Goa ini sebagai bukti kebengisan Jepang, sang penyebab kesengsaraan. untuk itu namanya tak patut dikenang. Melainkan pengorbanan para Pejuang yang habis-habisan sepantasnya di Agungkan. Tempat ini Layak menyandang nama sebagai 'Goa Pejuang' bukan Goa Pecundang.
Komentar
Tulis Komentar