Beberapa tahun terakhir, suasana berbeda tampak di Malioboro, Yogyakarta, tiap hari Selasa Wage. Jalan yang biasanya ramai pedagang kaki lima itu tampak lengang. Memang, 35 hari sekali (selapan dalam istilah Jawa) pedestrian Malioboro menjadi kawasan bebas bermotor. Hanya kendaraan tidak bermotor seperti andong, becak kayuh, sepeda ontel yang boleh lewat. Sedangkan kendaraan bermotor yang boleh lewat adalah bus Trans Jogja dan kendaraan dinas seperti mobil patroli.
Wisatawan bebas berjalan dengan leluasa, tak hanya di trotoar tapi juga di jalan raya. Sepanjang jalan nampak lengang dan sunyi tanpa hiruk pikuk transaksi jual beli.
Selasa Wage dipilih para pedagang untuk beristirahat dari aktivitas jual beli sesuai dengan program Pemerintah Kota Yogyakarta. Pemilihan Selasa Wage pun tidak sembarangan, hari pasaran Jawa itu bertepatan dengan hari lahir Sri Sultan HB X yang juga menjabat sebagai Gubernur DIY.
Pengosongan PKL pada Selasa Wage ini sudah menjadi kesepakatan pedagang juga. Bahkan mereka membantu pemerintah untuk menjaga kebersihan Malioborodengan bekerja bakti di pagi harinya.
Selain bisa dimanfaatkan untuk berswafoto di Malioboro tanpa terganggu pedagang, suasana lengang Malioboro juga sering dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kesenian maupun kegiatan masyarakat sehingga membuat kawasan ini tetap hidup.
Bagi traveler yang ingin liburan ke Yogyakarta, jangan lupa perhatikan hari pasaran di kalender Jawa ya. Siapa tahu bisa turut menikmati nyamannya Malioboro setiap Selasa Wage.
Komentar
Tulis Komentar