Pretoria - Malang betul nasib Ibraheen Rasheed, seorang mahasiswa kedokteran dari Selandia Baru. Dia terdampar di Afrika Selatan gegara printer kedutaan rusak. Kok bisa?
Ibraheen Rasheed, mahasiswa kedokteran Universitas Otago, Selandia Baru nasibnya terkatung-katung di kota Pretoria, Afrika Selatan. Gara-garanya, paspornya hilang dicuri orang. Kemudian pihak kedutaan tidak bisa mengeluarkan dokumen darurat karena printernya rusak.
Dirangkum dari beberapa sumber, Kamis (2/4/2020), cerita bermula ketika Ibraheen bersama 3 orang rekannya menjalani tugas koas dokter di kota Pietermaritzburg, Afrika Selatan. Sehari sebelum Kementerian Luar Negeri (MFAT) Selandia Baru meminta seluruh WN Selandia Baru untuk pulang karena negaranya mau dilockdown, Ibraheen malah kehilangan paspornya.
Atas saran dari pihak MFAT, Ibraheen PUN diminta untuk pergi ke Kantor Kedutaan di kota Pretoria untuk mendapatkan dokumen travel darurat pengganti paspor. Malangnya, setelah 1 jam terbang dari Pietermaritzburg ke Pretoria, Ibraheen tidak bisa mendapatkan dokumen itu karena printer kedutaan rusak.
Ibunda Ibraheen, Fazilat Shah pun cemas karena anaknya tidak bisa pulang tepat waktu sebelum Selandia Baru dilockdown. Sementara 3 orang teman Ibraheen bisa pulang tepat waktu ke Selandia Baru pada Kamis (19/3).
"Saya sungguh khawatir ini tidak akan berhasil. Saya benar-benar kecewa dengan Kementerian Luar Negeri atas kasus ini. Mereka tidak menawarkan solusi apapun, rencana yang spesifik atau usaha lain untuk memulangkan Ibraheen," kata Fazilat seperti dikutip dari media Stuff New Zealand.
Fazilat menyebut hanya Departemen Dalam Negeri yang memberikan solusi untuk menerbitkan semacam dokumen waiver agar Ibraheen bisa pulang. Walaupun sebenarnya, paspor Ibraheen yang baru sudah jadi, tapi mengirimkannya ke Afrika Selatan jadi PR baru buat Fazilat.
Sayangnya, menurut MFAT, dokumen waiver tersebut tidak akan banyak membantu karena Ibraheen tidak terbang langsung dari Afrika Selatan ke Selandia Baru. Ibraheen sendiri memesan tiket pulang transit via Doha, sebelum lanjut ke Auckland.
Ibraheen yang bertahan di sebuah apartemen di kota Pretoria, berusaha terus berkomunikasi dengan pihak kedutaan di sana. Ibunya masih terus berusaha sekuat tenaga agar anaknya bisa pulang bagaimanapun caranya, meski Selandia Baru sekarang sudah di-lockdown
Komentar
Tulis Komentar