Sejak dulu, Tarakan telah jadi primadona karena emas hitamnya. Bagi penduduk, minyak bumi adalah anugerah sekaligus musibah.
Efek dahsyatnya adaalah ketika Perang Dunia II terjadi di pulau minyak ini. Menempati gedung baru berarsitektur kolonial, museum sejarah Perang Dunia IIÂ berusaha menceritakan penyebab perebutan tambang minyak di pulau ini.
Taksi kayu di halaman Museum Sejarah Perang Dunia Kedua
Di Museum Sejarah Perang Dunia IIÂ ini travelers dapat melihat sisa dahsyatnya Perang Tarakan yang terjadi dua kali yaitu pada tahun 1942 pada saat invansi Jepang kepada tentara Belanda di Pulau Tarakan dan pada tahun 1945 saat balas dendam Australia sebagai sekutu Amerika Serikat yang terdesak oleh gempuran pasukan Jepang di Philipina.
Perang Tarakan I dimulai pada tanggal 10 Januari 1942 saat Belanda memerintahkan evakuasi warga sipil dan penghancuran ladang-ladang minyak sebelum Jepang menguasai Tarakan dan Perang Tarakan II yang ditandai dengan pendaratan pasukan amfibi Australia pada tanggal 1 Mei 1945.
Koleksi foto dahsyatnya Perang Dunia II di Pulau Tarakan
Di museum ini travelers dapat melihat berbagai koleksi foto yang menceritakan kondisi saat itu. Di halaman museum ini terdapat 3 unit taksi kayu yang pernah beroperasi pada saat jaman kolonial.
Di dalam museum menyimpan berbagai peninggalan sejarah yang banyak ditemukan hampir di setiap bagian pulau. Di antaranya ada baling-baling dan potongan sayap pesawat tarakan airforce, peta strategi penyerangan sandi obo one di Pelabuhan Lingkas, peta tata Kota Tarakan pada tahun 1940-an yang dibuat oleh NEFIS atau Badan Intelejen Belanda di Hindia Timur, samurai, sangkur bayonet dan sepatu tentara Jepang yang ditemukan markas tentara Jepang di daerah Juwata.
Koleksi kaleng biskuit anzac di Museum Sejarah Perang Dunia Kedua
Adapula kaleng biskuit Anzac limited edition yang bersampul tentara perang Tarakan 1945. Cerita unik di dalam kaleng biskuit ini karena biskuit dibuat oleh orang terkasih untuk para prajurit Australia yang sedang berperang di luar negeri, namun lama kelamaan biskuit ini dibuat secara komersil.
Selain pengumpulan benda bersejarah yang dilakukan oleh tim Pemkot Tarakan, koleksi di museum ini juga ada yang berasal dari sumbangan masyarakat, ahli waris atau kerabat pelaku sejarah dari dalam dan luar negeri. Di antaranya ada sumbangan seragam tentara dari keluarga Cyril James Gray yaitu seorang Kapten pasukan infanteri 2/24 Australia yang mendarat di Tarakan pada tanggal 1 mei 1945 silam dan juga ada sepeda kepolisian republik Indonesia dan lonceng patroli dini hari yang pernah digunakan sekitar tahun 1970an.
Koleksi Museum Sejarah Perang Dunia Kedua
Cerita unik dari lonceng ini adalah jumlah pukulannya harus disesuaikan dengan waktu yang ditunjukan. Kalau pukul 01.00 maka lonceng dipukul satu dan seterusnya.
Komentar
Tulis Komentar