Tripcle / Story / Detail Tripcle

Pilu Gajah Makan Nanas Berpetasan, Sebuas Itukah Manusia?

Pilu Gajah Makan Nanas Berpetasan, Sebuas Itukah Manusia?
Gajah mati di India ( AP Photo/Rajesh U Krishna)

Jakarta - Gajah yang mati setelah diberi makan nanas isi petasan menjadi perhatian dunia. Apakah itu menjadi bukti manusia lebih kejam ketimbang hewan?

Kisah itu terekam sejumlah media lokal India dan internasional. Media mengisahkan dari pengamatan warga gajah itu tidak pernah merusak lahan maupun perumahan warga.

Gajah itu makan nanas yang di dalamnya ada petasan. Tragisnya, gajah itu sedang hamil.

Sesaat setelah nanas itu meledak di dalam mulutnya, gajah itu bergegas menuju sungai. Tapi, dia tak tertolong dan tewas.

Peristiwa itu menjadi viral di jagat maya. Video, foto, dan ilustrasi yang membuat bergidik bertebaran, seolah mengingatkan aksi jahat manusia.

Bukan itu saja kasus hewan yang mati di tangan manusia. Belum berapa lama, viral video tiga perempuan menginjak-injak kucing hingga mati.

Juga ada di Malaysia, pria yang dengan teganya membunuh anak kucing dengan memasukkannya ke mesin pengering di laundry umum.

Di Bekasi juga ada kasus seorang pria yang memukul seekor kucing yang sedang tidur dengan gagang sapu. Kucing itu langsung lemas dan tergeletak tidak berdaya. Dan masih banyak kasus kucing yang mati di tangan manusia.

Mau mengingat lagi kasus dimana hewan mati begitu saja di tangan manusia? Yang terang sekali adalah kasus perburuan liar.

Gajah, badak, simpanse, bahkan harimau si raja hutan bukan apa-apa bagi manusia. Terdapat golongan yang memanfaatkan kemampuan akal pikirannya untuk meraup sejumlah keuntungan pribadi dari hewan-hewan hutan ini. Diambil kulitnya lah, gadingnya dijual mahal, jadi koleksi pribadi, dan lain sebagainya demi pundi-pundi uang dan kepuasan diri manusia.

Termasuk juga campur tangan manusia dengan kerusakan laut. Sampah rumah tangga manusia mengotori lautan hingga mengganggu ekosistem laut. Ikan, kura-kura, penyu, sering diberitakan tersangkut di antara sampah dan sisa jaring nelayan. Ada juga paus yang mati dan dibongkar perutnya dan berisi banyak sampah plastik. Termasuk terumbu karang rusak pun tak luput dari tangan manusia.

Kita menyadari bahwa di alam ada rantai makanan. Proses makan dan dimakan terjadi begitu alami demi keberlangsungan hidup dan keseimbangan alam. Dan yang paling kuat di rantai makanan adalah predator. Makhluk-makhluk 'lemah' atau kita sebut produsen, mau tidak mau menjadi penyelamat perut bagi yang kuat.

Bagaimana dengan manusia? Menurut saya manusia adalah ras paling kuat di tataran rantai makanan. Diberkati akal dan pikiran serta perasaan yang beragam, manusia bisa bertahan menghadapi para predator alam liar sekalipun. Bahkan jika manusia di lepas ke alam liarpun, mereka masih bertahan dan akalnya.

Kita boleh-boleh saja membela diri bahkan hingga menyakiti untuk menyelamatkan diri. Namun bagaimana bisa kita menyakiti makhluk lemah yang jelas-jelas saja kita yang lebih kuat dari pada dia? Yang sangat jelas makhluk itu tidak membahayakan kita? Seperti kasus terbaru, gajah dan kucing itu.

Bagaimana bisa manusia tega membunuh tanpa ada kegelisahan di hatinya? Dengan mudahnya mereka menggerakkan tangan untuk menyakiti. Mereka gunakan akal yang sangat berharga itu untuk membunuh makhluk yang tidak membahayakan posisinya.

Namun akan berbeda kasus jika hewan-hewan merusak perumahan, memakan ternak warga, merusak kebun dan pertanian. Tentu saja kita harus mencari cara bagaimana hewan-hewan itu tidak datang lagi dan membuat resah.

Seperti kasus harimau yang muncul di pemukiman warga Riau pada tanggal 2 Mei lalu. Harimau yang membuat resah itupun dipancing dengan kambing dan ditangkap oleh petugas. Harimau liar tersebut dievakuasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya di Provinsi Sumbar.

Terlihat dari cara penyelesaian ini manusia menggunakan akal dan kemampuannya menangkap dan menyelesaikan masalah. Ini hanyalah satu kasus saja, masih banyak cerita dimana manusia menggunakan akal dan kemampuannya untuk bertahan tanpa harus menyakiti makhluk lain, bahkan buas sekalipun.

Sekarang, mari kita sama-sama membuka mata dan hati untuk bisa menilai mana hewan yang membahayakan atau mengancam keberlangsungan kita. Mari kita gunakan sedikit akal dan empati dalam menghadapi hewan yang juga punya hak hidup di bumi tercinta ini.

Jangan ada lagi kisah pilu kejahatan tangan manusia membunuh hewan-hewan yang sama sekali tidak membahayakan. Jangan lagi.

gajahjakartabinatangopinisatwa-liar

Berita wisata dan travel terkait

Lihat juga berita travel lainnya

Komentar

No results found.

Tulis Komentar

Math, for example, 45-12 = 33

Berita dan informasi terbaru

Berita Trending

Tips Wisata dan Travel