Saipan adalah sebuah kota di Kepulauan Mariana di Samudera Pasifik. Tropis sepanjang tahun, pulau ini jadi tempat liburan untuk si pencari ketenangan.
Pertama kali melancong ke pulau Saipan saya harus menempuh total perjalanan udara yang lumayan lama yaitu sekitar sebelas jam. Dengan rute perjalanan Jakarta-Seoul-Saipan. Perjalanan dari bandara internasional Incheon saya tempuh dengan menggunakan maskapai berbiaya murah dari Korea Selatan yaitu T'way Air.
Suicide Cliff, meski namanya menyeramkan tetapi kita bisa melihat panorama yang indah dibawahnya
Sebelum mendarat saya pun harus mengisi formulir bea dan cukai selebar kertas ukuran A4 berwarna merah muda dengan banyak pertanyaan yang harus dijawab dengan benar. Khusus bagi warga Korea Selatan mereka disediakan formulir pendaratan dengan tulisan hangul.
Bagi pelancong yang berpaspor hijau ketika memasuki wilayah Saipan harus diperlukan visa Amerika yang masih berlaku dan paspor minimal enam bulan kedepan. Sedikit agak berbeda dengan negara persemakmuran Inggris.
Untuk urusan keimigrasian manjadi tanggung jawab pemerintah federal Amerika Serikat tetapi untuk urusan kepabeanan diserahkan kepada otoritas setempat. Jam 1.35 dini hari pesawat akhirnya mendarat dengan sempurna di bandara internasional Francisco C Ada.
Setibanya di bandara Saipan mata mengantuk saya pun segera hilang. Satu persatu para pelancong menuju ke kaunter imigrasi dan kemudian keluar dengan wajah yang gembira. Bagi sebagian pelancong memasuki imigrasi Amerika Serikat akan menyimpan pengalaman yang tak pernah terlupakan. Di terminal kedatangan saya pun disambut dengan tulisan Hafa Ada yang diambil dari bahasa Chamorro yang artinya adalah hello ataupun Selamat Datang.
Jika sedang melancong kemana saja saya selalu memilih penginapan di jantung kota supaya dapat dengan mudah untuk mencari semua kebutuhan termasuk makan, hiburan, dan toko-toko tempat belanja pernak-pernik cenderamata untuk oleh-oleh.
Hotel tempat saya menginap bernama Himawari di daerah Garapan. Tarif kamarnya yang paling ekonomis saat itu adalah USD 67 per malam. Karena menginap minimum dua malam saya mendapatkan komplimen penjemputan di bandara Saipan. Lumayan bisa menghemat USD 15 untuk ongkos naik taxi sekali jalan.
Last Command Post Park, tempat terakhir perjuangan serdadu Jepang melawan serdadu Amerika
Sesuai dengan namanya pemilik hotel adalah entrepreneur dari negeri Sakura. Hotel ini dilengkapi dengan restauran masakan Jepang dan supermarket yang menyediakan beraneka ragam kebutuhan pokok penduduk setempat dan disini di pagi hari dijual sushi dan sashimi segar dengan harga yang sangat terjangkau.
Sesuai dengan itinerari yang telah tersusun rapi bahwa pagi ini setelah sarapan , saya berencana mengeksplorasi setiap sudut pulau Saipan. Pulau yang hanya seluas 115 km persegi ini benar-benar membuat saya tertantang untuk segera mengelilinginya. Beberapa pelancong yang sudah terbiasa dengan setir kiri dapat menyewa mobil tanpa diwajibkan memiliki SIM internasional.
Tetapi supaya tidak repot saya akan berkeliling dengan menggunakan kendaraan dari hotel saja dengan ongkos sewanya USD 60 per 2,5 jam. Penjelajahan di pulau Saipan akan ditemani oleh supir sekaligus pemandu wisata dari hotel Himawari yaitu Gerry.
Beriklim tropis membuat Saipan menjadi incaran tempat berlibur bagi pelancong dari negara Jepang, Korea Selatan, Rusia, dan Cina ketika negaranya sedang menghadapi musim dingin.
Saipan yang terletak disisi utara garis khatulistiwa ini mempunyai keistimewaan yaitu suhu yang stabil rata-rata 29 derajat selsius sepanjang tahun, dan menjadikan Saipan tercatat di Guinness Book of World Record.
Waktu terbaik untuk melancong ke Saipan adalah pada musim panas yaitu bulan Desember sampai bulan Juni, dan ketika musim penghujan telah tiba sedikitnya akan satu kali terjadi angin topan kecil di kawasan kepulauan Mariana tersebut.
Gerry sang pemandu wisata ini sangat ramah dan super hebat didalam bercerita tentang kota Saipan. Jika ditengok dari sejarah , pulau Saipan pertama kalinya dihuni oleh suku Chamorro.
Beberapa negara yang pernah mengukirkan sejarah di pulau ini diantaranya Spanyol, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Kemenangan perang dunia pertama pada tahun 1914 Saipan diserahkan kepada kekaisaran Jepang.
Untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat di sini pemerintah Jepang memulai membangun infrastruktur di Saipan. Selain sebagai pangkalan militer, di pulau kecil ini pembudidayaan tebu mulai dicanangkan sebagai penyuplai bahan baku untuk industri gula nasional. Walhasil Saipan dengan cepat menjadi daerah yang cukup berkembang, sehingga banyak imigran dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Cina, Filipina, dan kepulauan Caroline berangsur-angsur mulai berdatangan untuk mencari suasana kehidupan yang baru.
Masa pemerintahan Jepang di Saipan hanya berlangsung sekitar tiga dasawarsa ketika pada pertengahan tahun 1944 kapal-kapal perang Amerika Serikat mulai berlabuh di Saipan dan melakukan invasi besar-besaran terhadap serdadu Jepang.
Perang dunia kedua kemudian pecah antara Jepang dan Amerika Serikat. Pertempuran sengit antara kedua serdadu tersebut dikenal dengan peristiwa Battle of Saipan.
Lamanya pertempuran selama tiga minggu dapat memporakporandakan hampir semua infrastruktur yang ada di Saipan terutama daerah Garapan yang merupakan urat nadi perekonomian.
Beruntung masih ada bangunan bersejarah zaman perang dunia kedua yang masih dapat saya saksikan disini yaitu sebuah rumah sakit peninggalan Jepang yang diberi nama Nan yocho. Rumah sakit yang didirikan tahun 1926 silam ini sudah tidak dapat dipakai lagi dan sekarang dijadikan sebagai Museum.
Battle of Saipan meninggalkan biaya perang yang tidak sedikit. Selain banyaknya bangunan yang roboh juga menelan korban jiwa baik serdadu Jepang maupun penduduk sipil di Saipan.
Ketika propaganda Jepang dikumandangkan, diperkirakan lebih dari seribu warga Jepang melakukan aksi bunuh diri masal daripada harus ditangkap dan dipenjara. Menurut cerita, bahkan banyak wanita yang ikut melakukan bunuh diri pada aksi tersebut.
Bird Island, dibelakang saya ada pulau kecil hunian berbagai macam burung di Saipan
Banzai Cliff dan Suicide Cliff menjadi saksi bisu pada peristiwa Battle of Saipan dan sangat menggugah rasa hati saya untuk segera menyambanginya secara langsung. Dalam perjalanan saya pun disuguhi juga cerita-cerita yang menarik lainnya oleh pemandu wisata.
Panorama perbukitan yang sangat menakjubkan disertai dengan hamparan pohon-pohon flame yang berjajar rapi membuat perjalanan ke tempat tujuan semakin menyenangkan.
Akhirnya kendaraan kami tiba di Banzai Cliff di Pinggir samudera Pasifik. Birunya air laut serta batu-batu karang dibawah tempat saya berdiri membuat hati menjadi miris. Meski demikian saya pun menghormati pilihan mereka yang nekad melakukan bunuh diri di tempat ini. Katanya mereka lebih memilih mati bahagia daripada harus hidup sengsara ditangkap oleh serdadu Amerika. Mereka meloncat ke dalam samudera luas sambil berteriak banzai.
Dan pada akhirnya tempat tersebut dinamakan Banzai cliff. Beberapa diantara mereka ada yang masih hidup dan kemudian diselamatkan oleh kapal perang Amerika Serikat. Sepanjang tahun tempat ini hampir tidak pernah sepi selalu ada saja pelancong dari mancanegara terutama dari Jepang untuk mendoakan arwah leluhurnya. Nampak beberapa batu nisan dibangun di pinggiran samudera untuk mengenang peristiwa kelam pada waktu itu.
Jika Banzai cliff berada dipinggir samudera Pasifik maka ada tempat bunuh diri masal lainnya yaitu diatas Marpi Point Field namanya Suicide Cliff. Tempat ini juga merupakan tempat sejarah yang tidak boleh terlewatkan ketika kita melancong ke Saipan.
Di bukit ini saya dapat melihat jurang yang dalam dibawahnya. Namun karena panorama yang terhampar begitu indah sehingga rasa takut dan seram pun segera sirna. Untuk mengenang peritiwa ini oleh pemerintah setempat Banzai Cliff dan Suicide Cliff dinobatkan menjadi US National Historic Landmark.
Tempat sejarah yang menyimpan sejuta misteri lainnya adalah Last Command Post Park atau dikenal dengan nama lain Banadero. Perjuangan serdadu Amerika Serikat untuk menguasai Saipan adalah digunakan sebagai pangkalan militer untuk meluncurkan pesawat-pesawat pembawa bom atom yang akan dijatuhkan di kota-kota penting di Jepang.
Last Command Post adalah aksi perlawanan sisa serdadu Jepang yang masih hidup melawan serdadu Amerika Serikat. Jepang beranggapan bahwa Saipan adalah tempat yang penting untuk dipertahankan demi keselamatan tanah airnya sehingga mereka berkomitment untuk melawan serdadu Amerika Serikat sampai titik darah penghabisan.
Meski pada akhirnya serdadu Amerika Serikat lah yang berhasil mengibarkan bendera kemenangan di Saipan. Di taman Last Command Post saya bisa menyaksikan dan berfoto dengan berbagai macam sisa-sisa peralatan perang yang digunakan waktu itu seperti ada tank, artilery, meriam, dan lain-lain. Pelancong juga bisa memasuki sebuah gua yang dahulu digunakan sebagai benteng pertahanan ataupun tempat persembunyian.
Jatuhnya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki memberikan sinyal kuat bahwa Amerika Serikat telah berhasil menguasai pulau Saipan. Akhir dari perang dunia kedua Saipan menjadi bagian dari Trust Territory of The Pasific Islands dibawah kepengurusan Amerika Serikat. Melalui sebuah referendum yang diadakan pada tahun 1975 kemudian penduduk Northen Mariana Islands memilih bergabung menjadi negara persemakmuran Amerika serikat.
Di daerah Garapan saya juga singgah di American Memorial Park. Sebuah taman yang didalamnya terdapat monumen dan museum perang dunia kedua ini dibangun karena terinspirasi untuk mengenang pengorbanan serdadu Amerika Serikat dan penduduk Northen Mariana Islands yang gugur pada zaman perang dunia kedua.
American Memorial Park letaknya berdampingan dengan pantai Micro beach. Micro Beach adalah salah satu pantai yang sangat tersohor dengan pasir putihnya serta airnya yang biru berkilau bagaikan kristal.
Micro beach adalah tempat terbaik untuk melakukan olah raga spectakuler yaitu selancar angin dibanding tempat lainnya di Mariana. Sore ini saya melihat banyak pelancong datang untuk berenang, berselancar, ataupun ada yang sekedar berjalan-jalan di pesisir pantai.
Di tengah laut nampak terlihat pulau Managaha. Pulau kecil yang tak berpenghuni ini setiap hari sangat ramai dikunjungi oleh banyak pelancong mancanegara dengan mengikuti daytrip tour.
Tempat yang tak kalah indahnya dan menjadi kebanggaan masyarakat setempat adalah Bird Island. Merupakan destinasi sangat popular bagi pelancong karena panoramanya yang sangat memukau dan salah satu tempat terbaik untuk mengambil foto.
Pulau yang hanya berbentuk seperti sebongkah batu ini merupakan habitat berbagai spesies burung yang ada di Saipan oleh sebab itu dinamakan Bird Island. Buat pelancong yang mencintai petualangan sedikit ekstrim bisa mencoba menuju ke pulau tersebut dengan cara mengikuti serangkain diving tour ataupun snorkeling.
American Memorial Park, tempat untuk mengenang para serdadu Amerika dan penduduk Mariana yang gugur di dalam peristiwa Battle of Saipan
Melancong ke Saipan tidak akan sempurna tanpa membeli pernak-pernik cenderamata. Saipan sebagai ibu kota negara menawarkan banyak hal untuk berburu oleh-oleh. Setelah puas dengan wisata tempat sejarah dan keindahan alam kini saatnya saya mengajak bapak pemandu wisata untuk berhenti di depan pusat perbelanjaan.
Saya mulai masuk ke deretan toko-toko untuk membeli beberapa kaos dan cenderamata untuk oleh-oleh buat kolega dan keluarga tercinta dirumah. Satu buah kaos bertuliskan I LOVE SAIPAN dibandrol dengan harga USD 9,90 saja.
Tak lupa saya membeli coklat khas merek Tabasco coklat dengan rasa saus lada pedas Tabasco yang tidak bisa saya temukan di negara lain . Saipan juga menawarkan surga kuliner. Selain restauran Asia, beberapa restauran Amerika juga membuka gerainya disini seperti Hard Rock cafe, Tony Roma, Bubba Gump Shrimp, KFC dan masih banyak lagi.
Sehingga untuk urusan perut saya tidak perlu kuatir. Setelah kenyang makan dan puas berbelanja cenderamata saya pun kembali ke hotel untuk beristirahat. Tak lupa saya memberikan tips USD 10 kepada Gerry karena sudah dengan sabarnya menemani saya berpetualang mengelilingi tempat-tempat yang eksotis di pulau ini.
Hari demi hari industri pariwisata di Kepulauan Mariana ini mulai popular dan berkembang dengan baik, beberapa tempat penginapan sederhana sampai dengan resort mewah mulai banyak dibangun.
Perpaduan kultur yang unik dan eloknya panorama alam pantai dan perbukitan berhasil mengundang banyak pelancong kelas wahid dari segala penjuru dunia yang setiap tahun jumlahnya terus meningkat.
Dipoles dengan serangkaian cerita kengerian sejarah zaman perang dunia kedua membuat pulau Saipan ini semakin tersohor bagi semua kalangan untuk menikmatinya. Bagi pelancong yang di dalam paspornya sudah tertempel visa Amerika, Saipan akan menjadi destinasi wisata idaman untuk melengkapi pengalaman membanggakan yang tak akan pernah terlupakan .
Komentar
Tulis Komentar