JAKARTA, KOMPAS.com - Tim peneliti Cornell University memutuskan untuk membangun program komputer yang dapat menemukan rekomendasi palsu. Mereka pertama-tama menguji seberapa baik manusia dalam tugas itu. Untuk tujuan ini mereka mengumpulkan sebuah panel yang terdiri dari tiga sukarelawan mahasiswa dan memberi mereka ulasan palsu dan ulasan yang telah diverifikasi sebagai nyata.
Hasil menunjukkan begitu banyak dari sukarelawan yang akhirnya memesan hotel yang mengerikan atau membeli produk di bawah standar karena menerima informasi palsu lebih mudah daripada yang benar-benar diakui.
Menurut penelitian Cornell, pengguna situs online harus berhati-hati pada ulasan-ulasan yang tidak memenuhi kriteria berikut ini:
1. Tidak memiliki ulasan yang detail
Sulit untuk menggambarkan apa yang sebenarnya tidak dialami seseorang, itulah sebabnya ulasan palsu sering menawarkan pujian umum daripada menggali secara spesifik.
Ulasan hotel yang jujur lebih cenderung menggunakan kata-kata konkret yang berkaitan dengan hotel, seperti kamar mandi, check-in atau harga. Penipu menulis lebih banyak tentang hal-hal yang mengatur pemandangan, seperti liburan, perjalanan bisnis atau suamiku.
2. Lebih banyak kata ganti orang pertama
Jika ingin tampil seperti mengatakana hal jujur, tampaknya orang-orang lebih banyak berbicara tentang diri sendiri. Itulah sebabnya kata "aku" muncul lebih sering di ulasan palsu.
3. Memiliki lebih banyak kata kerja daripada kata benda
Analisis bahasa menunjukkan bahwa pemalsuan cenderung memasukkan lebih banyak kata kerja karena penulisnya sering mengganti cerita yang menyenangkan atau mengacaukan kondisi faktual. Ulasan asli lebih berat pada kata benda.
Tiga hal di atas mungkin saja tidak akan membuat seseorang menjadi ahli dalam membedakan ulasan palsu. Namun bisa dikombinasikan dengan metode lain, seperti mengawasi latar belakang pemberi ulasan dan waktu ulasan yang tampak mencurigakan.
Komentar
Tulis Komentar